Selasa, 09 April 2019

Jurnal Pembuatan Telur Asin


PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN PANGAN HASIL HEWANI
PEMBUATAN TELUR ASIN
Oleh
KHAIRUS SANI
1604310012

                                     









LABORATORIUM TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
ABSTRAK
Telur asin adalah istilah umum untuk masakan berbahan dasar telur yang diawetkan dengan cara diasinkan (diberikan garam berlebih untuk menonaktifkan enzim perombak). Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan telur denga berbagai cara, untuk mengetahui mutu hasil dari pengawetan telur asin dengan berbagai cara dan untuk membandingkan hasil-hasil yang diperoleh dengan berbagai cara. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu telur bebek, telur ayam, air, garam dan abu gosok.dan alat yang digunakan berupa toples, koran, timbangan, baskom, sendok dan beaker glass.. Cara kerja dalam praktikum ini dengan perlakuan perendaman larutan garam yaitu siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, cuci bersih telur yang akan digunakan, timbang garam sebanyak 150 gram dan air sebanyak 150 mL, campurkan air  dan garam dengan perbandingan 1 : 1, larutkan garam hingga tercampur menyeluruh, simpan selama 14 hari, kemudian uji organoleptik (rasa, warna dan tekstur).
Hasil menunjukkan bahwa telur asin dengan perlakuan perendaman larutan garam lebih banyak disukai dengan nilai hasil rata-rata pada rasa sebesar 2,6, warna 2,8 dan tekstur 2,5. Sedangkan pada telur asin dengan menggunakan abu gosok memiliki perbedaan rata-rata yang sangat tipis yaitu pada rasa 2,8, warna 2,8 dan tekstur 2,1.

Kata Kunci :  Telur Asin, Telur Bebek, Telur Ayam, Garam dan Abu Gosok


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia umumnya masih berat pada karbohidrat dan rendah protein, khususnya protein hewani. Dominasi kalori dari karbohidrat masih sekitar 62 %, sedangkan konsumsi protein hewani hanya 2,3 %, demikian juga buah dan sayur hanya 2,3 %. Pola demikian dalam jangka panjang tidak menguntungkan baik dari segi kesehatan dan daya tahan tubuh. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa umumnya masyarakat masih beranggapan bahwa makan asal kenyang tanpa memperhatikan kebutuhan zat gizi yang memang diperlukan oleh tubuh. Rendahnya konsumsi protein hewani, buah, dan sayur antara lain disebabkan oleh pendapatan yang terbatas, dan harga ikan, daging, telur atau buah yang relatif lebih mahal daripada beras. Di antara sumber protein hewani yang banyak tersedia adalah telur.
Telur asin merupakan produk pangan yang memiliki karakteristik sebagaimana bahan pangan lain, yaitu mudah rusak dan busuk. Oleh karena itu bahan pangan ini memerlukan penanganan yang cermat sejak dari pengambilan dari kandang hingga penyimpanan di konsumen. Salah satu cara untuk mempertahankan kualitas telur adalah dengan pengawetan. Pengawetan yang paling mudah dan sering dilakukan oleh masyarakat adalah dengan cara pengasinan atau pembuatan telur asin.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat kita ketahui bahwa dalam proses pembuatan telur asin diperlukan bahan tambahan khusus yang bertujuan untuk mendapatkan tekstur dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu, dalam praktikum ini dilakukan pengamatan terhadap kesukaan pada rasa, warna dan tekstur terhadap telur asin yang dibuat dari beberapa formulasi.
Tujuan Praktikum
1.      Untuk mengetahui pembuatan telur asin dengan berbagai cara.
2.      Untuk mengetahui mutu hasil dari pengawetan telur asin dengan berbagai cara.
3.      Untuk membandingkan hasil-hasil yang diperoleh dengan berbagai cara.


TINJAUAN PUSTAKA
Telur
Telur merupakan salah satu produk peternakan unggas yang memiliki kandungan gizi lengkap dan mudah dicerna. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani selain daging, ikan dan susu. Secara umum terdiri atas tiga komponen pokok, yaitu kulit telur atau cangkang (11 % dari bobot tubuh), putih telur (57 % dari bobot tubuh) dan kuning telur (32 % dari bobot tubuh) (Suprapti, 2005).
Telur bebek rata-rata lebih berat dibandingkan dengan telur ayam (telur ayam antara 55-60 gram sedangkan telur bebek antara 65-70 gram). Kulit telur bebek lebih tebal dibandingkan dengan telur ayam, jumlah porinya juga lebih sedikit dengan membran dalam yang lebih tebal pula. Hal ini memungkinkan lebih lambat berlangsungnya proses dehidrasi sehingga telur bebek dapat bertahan lebih lama dalam penyimpanan. Daya simpan telur bebek kira-kira 20% lebih lama dibandingkan dengan daya simpan telur ayam dalam kondisi lingkungan yang sama  (Astawan, 2007).
Umumnya telur akan mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari 2 minggu di ruang terbuka. Kerusakan tersebut meliputi kerusakan yang nampak dari luar dan kerusakan yang baru dapat diketahui setelah telur pecah. Kerusakan pertama berupa kerusakan alami (pecah, retak). Kerusakan lain adalah akibat udara dalam isi telur keluar sehingga derajat keasaman naik. Sebab lain adalah karena keluarnya uap air dari dalam telur yang membuat berat telur turun serta putih telur encer sehingga kesegaran telur merosot. Kerusakan telur dapat pula disebabkan oleh masuknya mikroba ke dalam telur, yang terjadi ketika telur masih berada dalam tubuh induknya. Kerusakan telur terutama disebabkan oleh kotoran yang menempel pada kulit telur. Cara mengatasi dengan pencucian telur sebenarnya hanya akan mempercepat kerusakan. Jadi pada umumnya telur yang kotor akan lebih awet daripada yang telah dicuci. Penurunan mutu telur sangat dipengaruhi oleh suhu penyimpanan dan kelembaban ruang penyimpanan (Anonim, 2010).
Telur Asin
Telur asin adalah telur segar yang diolah dalam keadaan utuh dan diawetkan, sekaligus diasinkan dengan menggunakan bahan utama garam. Telur asin merupakan salah satu produk olahan telur yang pembuatannya sangat mudah dikerjakan. Pada prinsipnya proses pembuatan telur asin adalah penggaraman. Rasa asin pada telur dikarenakan adanya proses osmosis pada telur yaitu garam NaCl mula-mula akan diubah menjadi ion natrium (Na+) dan ion chlor (Cl-). Larutan garam (NaCl) akan masuk ke dalam telur melalui pori-pori kulit, menuju ke bagian putih, dan akhirnya ke kuning telur (Budiman dkk, 2012).
Cara Pembuatan Telur Asin
Kelemahan telur secara umum yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur. Penggunaan telur itik dalam berbagai makanan tidak seluas telur ayam karena bau amisnya yang tajam. Dengan kondisi yang demikian maka untuk memperpanjang masa simpan dari telur diperlukan pengawetan. Salah satu cara pengawetan yang bisa diterapkan adalah dengan penggaraman. Penambahan garam pada telur dalam jumlah tertentu dapat menaikkan tekanan osmotik yang menyebabkan plasmolisa pada sel mikroba, mengurangi daya kelarutan oksigen, menghambat kegiatan enzim proteolitik dan sifat garam. (Sahria, 2017).
Pengawetan telur secara tradisional adalah dengan cara pengasinan menggunakan adonan garam, yaitu garam yang dicampur dengan bahan-bahan lainnya seperti abu gosok, batu bata merah, tanah liat dan sebagainya. Proses pengasinan dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu merendam telur dengan larutan garam jenuh dan membalut telur dengan adonan garam yang biasanya terdiri dari beberapa bahan tambahan yaitu bubuk batu bata merah, abu gosok dan garam atau disebut dengan pemeraman (Suprapti, 2005).
Selain dapat memperpanjang masa simpan, penggaraman juga akan menghasilkan telur asin dengan cita rasa spesifik. Proses penggaraman atau pengasinan telur yang dapat dilakukan dengan beberapa metode di antaranya dengan cara pemeraman dan perendaman, pada proses penggaraman dengan metode pemeraman ini dilakukan dengan membuat adonan kemudian membaluri telur dengan adonan tersebut, sedangkan dengan metode perendaman ini dilakukan dengan merendam telur asin yang telah dicampurkan dengan garam kemudian menyimpannya selama beberapa hari. Cara pembuatan telur asin dengan menggunakan adonan garam akan menghasilkan telur asin yang lebih bagus mutunya, warna lebih menarik serta memiliki cita rasa yang lebih enak, ini bisa disebabkan karena bahan yang digunakan seperti penambahan abu gosok dapat memberikan warna menarik dan dapat mempengaruhi daya masir dari suatu telur asin (Winarno, 2008).


Penggaraman
Proses pengasinan telur yaitu telur yang direndam dalam media garam akan mengalami osmosis yaitu proses perpindahan molekul zat terlarut dari konsetrasi rendah (Hipotonik) ke konsetrasi lebih tinggi (Hipertonik) sehingga telur akan menjadi asin. Berat telur akan bertambah dan volume air dalam telur akan berkurang, kuning telur akan berubah menjadi keras karena molekul air garam masuk ke dalam telur. Semakin lama garam yang terdapat di dalam kuning telur akan semakin menumpuk sehingga kuning telur akan mengeras karena kelebihan mineral garam (Susi dan Eni, 2014).
Pengasinan merupakan proses penetrasi garam ke dalam bahan yang diasin dengan cara difusi setelah garam mengion menjadi Na+ dan Cl-. Penambahan garam dalam jumlah tertentu pada suatu bahan pangan dapat mengawetkan bahan pangan tersebut. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan tekanan osmotik yang menyebabkan plasmolisis sel mikroba yaitu sel mengalami dehidrasi atau keluarnya cairan dari sel dan plasmolisis sel terhadap CO2. Penambahan garam juga akan mengurangi oksigen terlarut, menghambat kerja enzim dan menurunkan aktivitas air. Proses pengasinan yang berhasil dengan baik ditentukan oleh karakteristik telur asin yang dihasilkan. Telur asin tersebut bersifat stabil, aroma dan rasa telurnya terasa nyata, penampakan putih dan kuning telurnya baik (Koswara, 2009).
Abu Gosok    
Media campuran abu gosok dan garam iodium adalah media yang terbaik karena penetrasi iodium paling cepat. Partikel abu gosok berbentuk kecil/halus sehingga jika abu gosok, garam dan air dicampurkan menjadi satu adonan garam iodium yang telah mengion akan terikat oleh partikel abu gosok. Ukuran partikel abu gosok yang relatif kecil ini akan memungkinkan kontak dengan permukaan kulit telur. Partikel abu gosok mengikat banyak ion-ion garam beriodium. Dengan adanya partikel yang kontak dengan kulit telur maka memungkinkan iodium akan terdifusi ke dalam telur melalui pori-pori kulit telur (Yuniati dan Almasyhuri, 2012).
Difusi merupakan proses pergerakan acak partikel-partikel (atom, molekul) gas, cairan, dan larutan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah hingga mencapai tahap kesetimbangan. Dimana balutan yang digunakan untuk membalut telur mengandung larutan garam yang tinggi menuju dalam telur yang melewati cangkang telur dan membran plasma pada telur sehingga larutan garam bercampur didalam telur (Winarno, 2008).
Daya Awet Telur Asin
Secara umum, telur asin (baik yang masih mentah maupun yang sudah direbus) mempunyai daya awet yang tinggi, sehingga dapat disimpan dalam suhu kamar. Walaupun demikian, akan lebih baik jika penyimpanan telur asin dilakukan pada suhu 12-15oC dan kelembaban udara 70-80%. Telur dapat disimpan di dalam lemari es. Untuk mencegah kerusakan, memperlambat hilangnya kelembaban, dan mencegah terserapnya bau tajam dari makanan, saat menyimpan di lemari es sebaiknya telur asin dibungkus dengan wadah karton (Puspitasari dkk, 2014).
Rasa asin telur asin yang dihasilkan sangat bergantung kepada lama penyimpanan. Bagi yang menyukai telur asin sebagai teman nasi, maka penyimpanan selama 15 hari cukup maksimal. Sebelum memulai proses pembuatan telur asin, kita buat adonan garam atau larutan garam terlebih dulu untuk bahan pemeraman atau perendaman telur. Kalau kita baru pertama kali membuat telur asin, maka kita harus lebih memperhatikan takaran media atau garam yang akan kita larutkan, agar rasa asin pada telur tidak kurang atau berlebihan. Perendaman telur dilakukan selama 7-10 hari dalam larutan garam yang sudah didinginkan, agar menghasilkan telur asin yang rasa asinnya cukup enak untuk dinikmati (Harianto, 2016).
BAHAN DAN METODE
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Produksi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, pada hari Kamis 21 Maret 2019 pukul 10.00 WIB s/d selesai.
Bahan :
            Bahan yang digunakan berupa telur bebek, telur ayam, air, garam dan abu gosok.
Alat :
            Alat yang digunakan berupa toples, koran, timbangan, baskom, sendok dan beaker glass.
Metode Kerja :
Pembuatan Telur Asin dengan Abu Gosok
1.      Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2.      Cuci bersih telur yang akan digunakan.
3.      Timbang abu gosok sebanyak 200 gram dan  garam 200 gram.
4.      Campurkan abu dan garam dengan perbandingan 1 : 1
5.      Balut telur dengan abu gosok yang sudah tercampur garam. Tutupi dengan koran.
6.      Simpan selama 14 hari. Kemudian uji organoleptik (rasa, warna dan tekstur).
Pembuatan Telur Asin dengan Larutan Garam
1.      Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2.      Cuci bersih telur yang akan digunakan.
3.      Timbang garam sebanyak 150 gram dan air sebanyak 150 mL
4.      Campurkan air  dan garam dengan perbandingan 1 : 1
5.      Larutkan garam hingga tercampur menyeluruh.
6.      Simpan selama 14 hari. Kemudian uji organoleptik (rasa, warna dan tekstur).


Telur
Cuci bersih
Campurkan 1 : 1 abu gosok dan garam
Balut telur dengan abu
Balut dengan koran
Simpan selama 14 hari pada suhu ruang
Uji Organoleptik (Warna, Rasa dan Tekstur)
 



                                                  

















Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Telur Asin Dengan Abu Gosok


Telur
Cuci bersih
Campurkan 1 : 1 larutan garam dengan air
Rendam selama 14 hari pada suhu ruang
Uji Organoleptik (Warna, Rasa dan Tekstur)
 
















Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Telur Asin Dengan Larutan Garam


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Praktikum :
Tabel 1. Uji Organoleptik Pembuatan Telur Asin Dengan Abu Gosok
Kelompok 
Rasa
Warna
Tekstur
Kelompok 1
2
2
1
Kelompok 2
3
4
3
Kelompok 3
1
1
1
Kelompok 4
4
4
3
Kelompok 5
4
4
3
Kelompok 6
3
2
2
Jumlah
17
17
13
Rata-rata
2,8
2,8
2,1

Keterangan
Skala Hedonik                                               Skala Numerik
Sangat Suka                                                                4
Suka                                                                            3
Agak Suka                                                                  2         
Tidak Suka                                                                  1
Tabel 2. Uji Organoleptik Pembuatan Telur Asin Dengan Larutan Garam
Kelompok 
Rasa
Warna
Tekstur
Kelompok 1
3
4
3
Kelompok 2
2
3
2
Kelompok 3
1
1
1
Kelompok 4
4
4
3
Kelompok 5
2
2
3
Kelompok 6
4
3
3
Jumlah
16
17
15
Rata-rata
2,6
2,8
2,5

Keterangan
Skala Hedonik                                               Skala Numerik
Sangat Suka                                                                4
Suka                                                                            3
Agak Suka                                                                  2         
Tidak Suka                                                                  1

Pembahasan
Dari hasil uji organoleptik tingkat keasinan pada telur ayam lebih tinggi daripada telur bebek, sehingga telur asin pada telur ayam lebih disukai, hal ini dikarenakan telur ayam memilki kulit atau cangkang yang lebih tipis dibandingkan dengan telur bebek, perbedaan ini yang membuat proses penggaraman pada telur ayam lebih cepat daripada telur bebek, namun daya simpan pada telur bebek lebih lama daripada telur ayam yang dikarenakan ketebalan pada telur bebek tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Astawan (2007) bahwa telur bebek rata-rata lebih berat dibandingkan dengan telur ayam (telur ayam antara 55-60 gram sedangkan telur bebek antara 65-70 gram). Kulit telur bebek lebih tebal dibandingkan dengan telur ayam, jumlah porinya juga lebih sedikit dengan membran dalam yang lebih tebal pula. Hal ini memungkinkan lebih lambat berlangsungnya proses dehidrasi sehingga telur bebek dapat bertahan lebih lama dalam penyimpanan. Daya simpan telur bebek kira-kira 20% lebih lama dibandingkan dengan daya simpan telur ayam dalam kondisi lingkungan yang sama.
Proses pembuatan telur asin ini menggunakan proses penggaraman dengan dua metode yang digunakan yaitu pemeraman dan perendaman pada telur. Pada proses pemeraman, telur bebek dibaluri adoanan abu gosok sedangkan pada proses perendaman, telur ayam direndam pada larutan garam selama dua minggu. Teknik ini digunakan untuk menghasilkan cita rasa telur asin yang khas dari setiap perlakuan yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan literatur Winarno (2008) bahwa selain dapat memperpanjang masa simpan, penggaraman juga akan menghasilkan telur asin dengan cita rasa spesifik. Proses penggaraman atau pengasinan telur yang dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya dengan cara pemeraman dan perendaman, pada proses penggaraman dengan metode pemeraman ini dilakukan dengan membuat adonan kemudian membaluri telur dengan adonan tersebut, sedangkan dengan metode perendaman ini dilakukan dengan merendam telur asin yang telah dicampurkan dengan garam kemudian menyimpannya selama beberapa hari. Cara pembuatan telur asin dengan menggunakan adonan garam akan menghasilkan telur asin yang lebih bagus mutunya, warna lebih menarik serta memiliki cita rasa yang lebih enak,ini bisa disebabkan karna bahan yang digunakan seperti penambahan abu gosok dapat memberikan warna menarik dan dapat mempengaruhi daya masir dari suatu telur asin.
Proses perendaman larutan garam pada telur ayam akan mengalami reaksi osmosis yaitu proses dimana terjadinya perpindahan molekul dari konsentrasi rendah ke konsentrasi lebih tinggi sehingga telur menjadi asin. Dengan lama perendaman yang dilakukan akan semakin meningkatkan jumlah mineral garam pada telur tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Susi dan Eni (2014) bahwa proses pengasinan telur yaitu telur yang direndam dalam media garam akan mengalami osmosis yaitu proses perpindahan molekul zat terlarut dari konsetrasi rendah (Hipotonik) ke konsetrasi lebih tinggi (Hipertonik) sehingga telur akan menjadi asin. Berat telur akan bertambah dan volume air dalam telur akan berkurang, kuning telur akan berubah menjadi keras karena molekul air garam masuk ke dalam telur. Semakin lama garam yang terdapat di dalam kuning telur akan semakin menumpuk sehingga kuning telur akan mengeras karena kelebihan mineral garam.
Proses pemeraman dengan abu gosok mengalami proses difusi, dimana dalam partikel abu gosok mengikat banyak ion-ion garam beriodium yang mengakibatkan terjadinya perpindahan molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Hal ini sesuai dengan literatur Winarno (2008) bahwa difusi merupakan proses pergerakan acak partikel-partikel (atom, molekul) gas, cairan, dan larutan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah hingga mencapai tahap kesetimbangan. Dimana balutan yang digunakan untuk membalut telur mengandung larutan garam yang tinggi menuju dalam telur yang melewati cangkang telur dan membran plasma pada telur sehingga larutan garam bercampur didalam telur.
Lama penyimpanan pada telur asin akan berpengaruh pada tingkat keasinan pada telur tersebut, penyimpanan yang dilakukan lebih kurang 14 hari memungkinkan rasa dari telur asin dapat lebih baik. Hal ini sesuai dengan literatur Harianto (2016) bahwa rasa asin telur asin yang dihasilkan sangat bergantung kepada lama penyimpanan. Bagi yang menyukai telur asin sebagai teman nasi, maka penyimpanan selama 15 hari cukup maksimal. Selain asinnya kental, kuning telurnya pun kuning tua dan berminyak. Untuk sekedar ditambul, dimakan dengan kerupuk, maka yang disimpan 10 hari asinnya cukup. Kalau kita baru pertama kali membuat telur asin, maka kita harus lebih memperhatikan takaran media atau garam yang akan kita larutkan, agar rasa asin pada telur tidak kurang atau berlebihan. Perendaman telur dilakukan selama 7-10 hari dalam larutan garam yang sudah didinginkan, agar menghasilkan telur asin yang rasa asinnya cukup enak untuk dinikmati.



KESIMPULAN
            Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dan telah diamati dapat ditarik kesimpulan, antara lain :
1.      Telur asin merupakan produk pengawetan pangan dari telur segar yang diolah dalam keadaan utuh dan diawetkan, sekaligus diasinkan dengan menggunakan bahan utama garam.
2.      Metode yang digunakan dalam pembuatan telur asin ini adalah dengan proses pemeraman dengan dibaluri abu gosok dan proses perendaman dengan larutan garam yang disimpan selama 14 hari.
3.      Proses pemeraman yang dilakukan dengan abu gosok menghasilkan reaksi difusi, dimana adanya perpindahan molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, sedangkan pada proses perendaman larutan garam terjadi proses osmosis dimana adanya perpindahan molekul dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.
4.      Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa telur asin dengan perlakuan pemeraman dengan abu gosok menghasilkan nilai rata-rata pada rasa 2,8, warna 2,8 dan tekstur 2,1.
5.      Sedangkan pada hasil uji organoleptik telur asin dengan perlakuan perendaman larutan garam menghasilkan nilai rata-rata pada rasa 2,6, warna 2,8 dan tekstur 2,5.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Studi Transfer Omega 3 yang Berasal Dari Limbah Industri Pengolahan Ikan Terhadap Komposisi Kimia Telur Berbagai Jenis Unggas. http: // lib. ugm. ac.id / digitasi / index. php? module = cari_ hasil_full&idbuku=399. Diakses pada tanggal 24 Maret 2019.

Astawan, M. 2007. Telur Asin Aman dan Penuh Gizi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Budiman, A., A. Hintono dan Kusrahayu. 2012. Pengaruh Lama Penyangraian Telur Asin Setelah Perebusan Terhadap Kadar NaCl, Tingkat Keasinan dan Tingkat Kekenyalan. Animal Agriculture Journal. Semarang.

Harianto, A. 2016. Proses Pembuatan Telur Asin. http: // repositori. uin -alauddin. ac.id/3951/1/SAHRIA.pdf. Diakses pada tanggal 24 Maret 2019.

Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Telur. Ebook Pangan. Jakarta.

Puspitasari, C., D. Rachmawanti dan Siswanti. 2014. Pengaruh Kombinasi Media dan Konsentrasi Iodium Pada Dua Jenis Garam (Nacl Dan Kcl) Terhadap Kadar Iodium dan Kualitas Sensoris Telur Asin. Jurnal Teknosains Pangan. Surakarta.

Sahria. 2017. Pengaruh Metode Dan Lama Pengasinan Yang Berbeda Dengan Penambahan Asap Cair Terhadap Kualitas Telur Asin. Universitas Islam Negeri Alaudin. Makassar.

Suprapti, M.L. 2005. Pengawetan Telur. Kanisius. Yogyakarta.

Susi, L. dan Eni S.R. 2014. Pengaruh Lama Pemeraman Telur Asin Terhadap Tingkat Kesukaan Konsumen. Pusat Penelitian. Banjarbaru.

Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yuniati, H. dan Almasyhuri. 2012. Pengaruh Perbedaan Media Dan Waktu Pengasinan Pada Pembuatan Telur Asin Terhadap Kandungan Iodium Telur. Media Litbang Kesehatan. Bekasi.